Selasa, 30 November 2010

TUGAS PERILAKU KONSUMEN

RIDWAN, 11208050, 3EA12.

Pentingnya Perilaku Konsumen dalam Menciptakan Iklan yang Efektif
Oleh Ani Wijayanti Suhartono

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan teknologi, mulai bermunculan produk-produk baru. Persaingan semakin seru, masuknya pendatang baru membawa angin segar dalam kompetisi produk. Ketika pengiklan dihadapkan dengan kenyataan yang ada, salah satu cara yang paling tepat adalah melakukan riset perilaku konsumen untuk menciptakan iklan yang efektif.
Tujuan periklanan adalah membujuk konsumen untuk melakukan sesuatu, biasanya untuk membeli sebuah produk. Agar periklanan dapat menarik dan berkomunikasi dengan khalayaknya dalam cara tertentu sehingga membuahkan hasil yang diinginkan, para pengiklan pertama-tama harus memahami khalayak mereka. Mereka harus mengakrabkan diri dengan cara berpikir konsumen dengan faktor-faktor yang memotivasi mereka dengan lingkungan dimana mereka hidup.
Kebutuhan dan keinginan para konsumen terus berubah. Agar berhasil, para pemasar perlu bersungguh-sungguh berupaya untuk menentukan kebutuhan konsumen mereka sekarang. Perilaku konsumen menjadi dasar yang amat penting dalam pemasaran dan periklanan. Riset konstan terhadap perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian sangatlah penting

PEMBAHASAN

Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Penertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain itu perilku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.

MODEL PERILAKU KONSUMEN

Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
Pertanyaan sentral bagi pemasar: Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap berbagai usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Perusahaan benar-benar memahami bagaimana konsumen akan memberi responterhadap sifat-sifat produk, harga dan daya tarik iklan yang berbeda mempunyai keunggulan besar atas pesaing.
Strategi pemasaran, khususnya yang dikembangkan dan diterapkan oleh perusahaan yang berhasil, memiliki kekuatan besar terhadap konsumen dan masyarakat luas. Strategi pemasaran bukan hanya disesuaikan dengan konsumen, tetapi juga mengubah apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen tentang diri mereka sendiri, tentang berbagai macam tawaran pasar, serta tentang situasi yang tepat untuk pembelian dan penggunaan produk. Ini tidak berarti pemasaran adalah kegiatan yang tidak tepat atau tidak etis.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.

KESIMPULAN

Keinginan dan kebutuhan para konsumen terus-menerus berubah. Seandainya para pengiklan berharap dapat menarik dan berkomunikasi dengan khalayak, mereka harus mengakrabkan diri dengan cara berpikir para konsumen dengan faktor-faktor yang memotivasi mereka, dan dengan lingkungan dimana mereka hidup. Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh berbagai faktor pribadi dan psikologis yang mempengaruhi keputusan pembelian.. Dalam menciptakan iklan yang efektif perlu memperhatikan perilaku konsumen yang hendak dituju. Pengiklan harus mengetahui karakterisik konsumen, karena tujuan dari periklanan itu sendiri untuk membujuk konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk atau jasa. Karena itulah riset perilaku konsumen yang didasarkan pada faktor budaya, sosial, pribadi serta psikologis menjadi faktor yang sangat penting dalam menganalisis kebutuhan dan karakteristik pembelian konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Brannan, Tom, Integrates Marketing Communications, Terj. Slamet, Jakarta: Penerbit PPM, 2004.
Goodman, Allison, The 7 Essentials of Graphic Design, Ohio: HOW Digign Books, 2001.
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Terj. Hendra Teguh dan Ronny A. Rusli, Jakarta: Prenhallindo, 1998.
Kotler, Philip dan Gary Armstong, Dasar-dasar Pemasaran, Terj. Alexander Sindoro, Jakarta: Prenhallindo, 1997.
Lee, Monle dan Carla Jhonson, Periklanan dalam Prespektif Global, Terj. Haris Munandar dan Dudy Priatna, Jakarta: Prenada Media, 2004.
Setiadi, Nugroho J., Perilaku Konsumen, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Sutherland, Max dan Alice K. Sylvester, Advertising and the Mind of the Consumer, Terj. Andreas Haryono dan Slamet, Jakarta: Penerbit PPM, 2004.
Suyanto, M., Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan, Yogyakarta: Andi Offset, 2004.
Wibowo, Wahyu, Sihir Iklan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Senin, 29 November 2010

Review Jurnal 3

TEMA
WIRAUSAHA

Judul,Pengarang,Tahun
KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN UKM DAN KOPERASI GUNA
MENGGERAKKAN EKONOMI RAKYAT DAN MENANGGULANGI
KEMISKINAN1
Oleh Ir. Wayan Suarja AR, MBA2,2007

LATAR BELAKANG & MASALAH
Sejak era orde baru masalah kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan
penguasaan asset nasional merupakan masalah pelik yang menjadi kendala
dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya nasional.
Kondisi ini menjadi indikator bahwa masyarakat banyak belum berperan sebagai
subyek dalam pembangunan. Menjadikan rakyat sebagai subyek pembangunan
adalah memberikan hak-haknya untuk berpartisipasi dalam pembentukan dan
pembangian produksi nasional. Untuk sampai pada tujuan tersebut, rakyat perlu
dibekali modal material dan mental. Indikator ini juga telah menginspirasikan
perlunya pemberdayaaan ekonomi rakyat yang kemudian berkembang menjadi
isu untuk membangun sistem perekonomian yang bercorak kerakyatan.
Restrukturisasi ekonomi dengan sasaran menggerakan ekonomi rakyat
sesungguhnya bukan lagi dijadikan sebagai wacana, tetapi secepatnya harus
diaktualkan. Belum terlaksananya restrukturisasi ekonomi ini menjadi salah satu
sumber keterpurukan ekonomi sejak awal kemerdekaan sampai dengan
sekarang. Dalam hal ini Swasono dalam Nasution (1999) menyatakan
“Hubungan perekonomian sejak zaman kolonial sampai hingga sekarang tercatat
penuh dengan ketimpangan stuktural, antara lain berwujud Economic slavery,
berlakunya Poenale sanctie, Cultuur stelsel, berlakunya hubungan Toeanhamba,
Hubungan Taouke-kuli sampai kehubungan kerja inti plasma.
Hubungan yang demikian bukan merupakan ciri keadilan di bidang ekonomi,
yang tanpa adanya restrukturisasi melalui usaha menggerakan ekonomi tidak
akan dapat dihapuskan.
Berbagai pendapat dan harapan terus berkembang seiring dengan
berjalannya era reformasi, namun demikian usaha untuk menggerakan ekonomi
rakyat yang terutama bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan dan
pengangguran belum juga dapat terwujud. Kondisi seperti itu menyebabkan
sebagian orang menjadi pesimis, bahkan apatis tentang kesungguhan berbagai
rezim pemerintahan untuk menjadikan kemajuan ekonomi kaum papa sebagai
indikator keberhasilan pembangunan nasional. Yang terlihat bahkan sebaliknya
sebagian orang masih sangat mendewakan pertumbuhan sebagai indikator
keberhasilan pembangunan, walaupun kenyataan selama empat dekade terakhir
menunjukkan bahwa dengan semakin besar pertumbuhan juga semakin
memperbesar kesenjangan. Solusi yang dapat diambil untuk mengatasi masalah
ini mungkin harus berpaling kembali kepada UUD 1945, yang mengamanatkan
bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berasaskan
kekeluargaan. Implementasi dari amanat tersebut adalah dengan
mengikutsertakan semua warga negara untuk berpartisipasi dalam
pembangunan.
Menggerakan ekonomi rakyat sesungguhnya merupakan kewajiban
mutlak dari suatu negara. Bagi bangsa Indonesia yang berazaskan Pancasila,
menggerakkan ekonomi adalah untuk mencapai tujuan kemakmuran yang
dinyatakan dalam Sila ke Lima dari Pancasila yaitu, “Keadilan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”. Sejalan pesan konstitusional tersebut dalam era Kabinet
Indonesia Bersatu (KIB) sekarang ini, prioritas pembangunan diarahkan pada
peningkatan kesejahteraan rakyat. Keinginan tersebut telah dituangkan dalam
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2005, tentang Rancangan
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2005-2009. Dalam Perpres
tersebut secara jelas dan tegas dinyatakan bahwa tujuan pembangunan adalah
difokuskan pada usaha mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Tujuan ini
akan dicapai dengan menggerakan semua kekuatan yang ada pada rakyat untuk
menggerakan roda pembangunan.
Aplikasi kebijakan perekonomian yang bercorak kerakyatan tersebut
dalam jangka pendek difokuskan pada tujuan yang mengurangi kemiskinan dan
pengangguran, berkurangnya kesenjangan antar daerah, meningkatnya kualitas
manusia yang tercermin dari terpenuhinya hak-hak sosial rakyat, membaiknya
mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam, serta meningkatnya
dukungan infrastruktur.
Berbicara masalah ekonomi rakyat nampaknya tidak akan terlepas dari
pembicaraan tentang UMKM, karena sampai dengan akhir tahun 2006 Badan
pusat statistik menginformasikan bahwa 48,528 juta (99,99%) unit usaha yang
ada di Indonesia adalah mereka yang tergolong dalam usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM). Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa menggerakan
ekonomi rakyat adalah identik dengan memberdayakan UMKM.
Metodologi Penelitian
Tujuan Penelitian
tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam RPJM maka idealnya
sasaran dan prioritas kesejahteraan diusahakan melalui pemberdayaan usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM)
Kelompok usaha ini mampu menyerap tenaga kerja lebih kurang 87 %
dari jumlah tenaga kerja produktif yang tersedia. Sedangkan sumbangannya
terhadap PDB mencapai 54 %. Data tersebut mengindikasikan bahwa pada
dasarnya UMKM merupakan kelompok usaha yang memiliki potensi besar untuk
mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran. Keunggulan UMKM dalam
hal ini dimungkinkan karena adanya beberapa karakter spesifik UMKM,
Untuk menggerakan ekonomi rakyat sudah waktunya memutar jarum kompas
kearah pemberian kesempatan dan penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi
UMKM dan koperasi. Komitment ini tidak saja diperlukan dikalangan pengambil
kebijakan, tetapi harus menjadi komitment semua pihak termasuk para, pakar
dan praktisi.


HASIL PENELITIAN
Berbicara masalah menggerakkan ekonomi rakyat sesungguhnya tidak
terlepas dari pembicaraan terhadap usaha memberdayakan UMKM, karena
sampai dengan akhir tahun 2006 BPS menginformasikan bahwa 48,258 juta,
atau 99,99 % unit usaha yang ada di Indonesia tergolong dalam kelompok
(UMKM).

KESIMPULAN
Jadi pemerintah harus memberikan pemberdayaan bagi wirausaha kecil dan menengah agar mengurangi angka kemiskinan.

Review Jurnal 2

TEMA :
Wirausaha

Judul, pengarang, tahun
PENGEMBANGAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK
UNTUK PEMBERDAYAAN UKM, OLEH INDRA IDRIS,JURNAL PENGKAJIAN KOPERASI DAN UKM NOMOR 2 TAHUN I - 2006


Latar Belakang & Masalah

Penelitian ini berangkat dari latar belakang bahwa Jawa Timur mempunyai
andil yang cukup besar terhadap perkembangan ekspor nasional rata-rata berkisar
USD 5 milyar dengan kontribusi 11 % - 12 % dari ekspor nasional. Melalui kapasitas
industri besar, menengah dan kecil yang tersedia cukup besar maka suatu saat Jawa
Timur bias menjadi jaringan inter provinsi yang bisa memberikan sumbangan terbesar
setelah ekspor non migas. Tidak berlebihan Jawa Timur bisa memberi akses ke seluruh
provinsi terhadap barang-barang yang dihasilkan pelaku bisnis sektor riil dan non formal
(seperti : sektor hortikultura, perikanan, pertanian, perkebunan dan kerajinan).
Struktur ekonomi Jawa Timur 99,55% didominasi Usaha Kecil Menengah dan
Koperasi (UKMK), sedangkan usaha besar hanya 0,45%. Kontribusi UKMK terhadap
PDRB 50,12% dan penyerapan tenaga kerja pada sektor ini mencapai 91,66%. Bila
berpijak pada definisi industri kecil merupakan unit usaha dengan jumlah tenaga kerja
paling sedikit 5 orang paling banyak 19 orang dan industri rumah tangga adalah unit
usaha dengan jumlah pekerja paling banyak 4 orang termasuk pengusaha (BPS, 1998)
maka dengan asumsi UKM rata-rata memperkerjakan 2 orang saja berarti terjadi
penyerapan tenaga kerja sebanyak 12 juta orang.
Eksestensi UKM dalam menunjang perekonomiaan nasional sangat diperlukan,
krisis ekonomi tahun 1998 telah membuktikan kemampuan UKM tetap bertahan dan
bahkan memberikan kontribusi 58,2% dari PDB nasional. Untuk itu pemberdayaan
UKM perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak terutama dalam akses permodalan,
pengembangan pasar dan managemen. Dalam hal permodalaan, walaupun Bank
Indonesia mengalokasikan portofolio dalam jumlah cukup, namun kemampuan UKM
menyerap dana yang tersedia kurang dari 50%. Realisasi kredit UKM tahun 2002
sampai bulan oktober tersalur Rp. 27 T dari total portofolio Rp. 63,5 T (Darma Ali
2003). Pada sisi lain dikatakan pula bahwa realisasi tersebut 46% merupakan kredit
konsumtif. Jadi hanya sekitar 54% kredit yang tersalurkan pada UKM untuk kegiatan
produkltif atau untuk modal usaha.
Menurut ADB-TA, kekuatiran UKM dalam pengajuan kredit perbankan antara
lain : perusahaan dianggap tidak layak, kurang informasi, tidak memiliki agunan dan
NPWP. Suatu hal yang delematis, dimana pembiayaan UKM merupakan indikator
komitmen perbankan namun disisi lain UKM tidak mampu menarik dana perbankan
hanya karena persoalan bankable karena ketentuan prudential banking yang diterapkan
Bank Indonesia berpegang pada prinsip 5 C. Persyaratan bank teknis yang kaku ini,
menurut UKM bisa di atasi asalkan ada kesungguhan dan komitmen yang kuat untuk
benar-benar membantu UKM karena dari 5 C, ternyata 4 C yang lain umumnya dapat
dipenuhi UKM kecuali jaminan (collateral) yang sering menjadi hambatan.
Sebagai alternatif dalam menghadapi permasalahan permodal bagi pembiayaan
usaha UKM, maka banyak kalangan berpendapat perlu dikembangkan pembentukan
lembaga keuangan non bank antara lain : (1) Modal Ventura (ventura capital) dan (2)
Lembaga Penjamin Kredit (LPK).
Sehubungan dengan hal di atas maka permasalahan yang dikaji dfalam
penelitian ini : (1) Sejauhmana lembaga keuangan non bank dapat berperan sebagai
alternatif sumber pembiayaan dalam pengembangan UKM; (2) sejauhmana lembaga
keuangan non bank dapat diformulasikan dan direkomendasikan untuk pengembangan
UKM : dan (3) sejauhmana lembaga modal ventura dan LPK dapat menjadi alternatif
BUMD.

METODE PENELITIAN
Untuk tercapainya output yang diinginkan maka metode pengumpulan data
dilakukan melalui observasi langsung; koleksi data sekunder; survey baik dengan
wawancara maupun kuesioner kepada pihak-pihak terkait. Sedangkan teknik analisa
data yangdigunakan adalah dengan menggunakan analisa interaktif kwantitatif dan
kualitatif. Objek kajian adalah lembaga-lembaga keuangan non Bank, sedangkan
lokasi penelitian berada di kabupaten Pasuruan, Situbondo, Bondowoso dan Jember.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah : (1) Mengetahui peran Lembaga Keuangan
Non Bank dalam membantu pengembangan UKM; (2) Menemukan model Lembaga
Keuangan Non Bank yang dapat dikembangkan dalam mendukung pembiayaan UKM.
Manfaat yang diharapkan adalah : (1) Sebagai bahan kajian akademis yang
dipertanggung jawabkan untuk pengembangan lembaga keuangan non bank yang
credibel dan capabel; (2) Sebagai materi kebijakan bagi Pemda Tingkat I dan Tingkat
II untuk mendukung pembiayaan modal bagi pemberdayaan UKM di daerahnya.
Sedangkan lingkup penelitian mencakup :



HASIL PENELITIAN

Dari temuan penelitian diperoleh hasil bahwa Lembaga Keuangan Non Bank
(LKNB) yang ada di lokasi penelitian dananya bersumber dari pemerintah, koperasi;
joint ventura; dana pensiun; dana ansuransi; pasar modal; reksa dana; pengadaian
dan lainnya.


KESIMPULAN
Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB) amat diperlukan dalam mendukung
percepatan pemberdayaan UKM terutama bagi UKM di plosok-plosok dan pedesaan
dimana akses lembaga perbankan masih terbatas. Termasuk dalam hal mendukung
program bagi penumbuhan unit usaha baru sebanyak satu juta sepuluh ribu unit bisnis pada tahun mendatang.

Review Jurnal 1

TEMA :
WIRAUSAHA

Judul, Pengarang, Tahun
KAJIAN USAHA MIKRO INDONESIA
(diringkas oleh : Joko Sutrisno dan Sri Lestari HS)

Latar Belakang & Masalah
Krisis ekonomi yang memporak-porandakan perekonomian nasional tahun 1997yang lalu membangkitkan kesadaran pentingnya peran Usaha Kecil dan Menengah. (UKM) sebagai . tulang punggung . perekonomian Indonesia. Berdasarkan kriteria BPS, jumlah usaha kecil di Indonesia tahun 2002 sebanyak 40.1195.611 usaha kecil dan 99,99 persen di antaranya atau 40.195.516 merupakan usaha mikro. Pengembangan UMKM saat ini dan mendatang menghadapi berbagai hambatan dan tantangan dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat. Namun demikian dengan berbagai keterbatasan yang ada, UMKM masih diharapkan mampu menjadi andalan
perekonomian Indonesia.

Karakteristik yang dimiliki oleh usaha mikro mengisyaratkan adanya kelemahankelemahan yang potensial menimbulkan berbagai masalah internal terutama yang berkaitan dengan pendanaan. Walaupun pemerintah telah mengeluarkan berbagi kemudahan dengan paket-paket kebijakan untuk mendorong kehidupan sektor usaha kecil tersebut. Misalnya, kredit usaha tani dan kredit usha kecil ( KUK), namun sayangnya apa yang telah dilakukan berkaitan dengan pemberian kredit tersebut, belum dirasakan manfaatnya keseluruh oleh sektor usaha mikro. Atas dasar potensi dan karakteristik tersebut, maka pemberdayaan usaha mikro dinilai masih strategis dan sangat penting dalam mendukung perekonomian nasional.

Peran strategis tersebut antara lain :

a. Dengan jumlah yang sangat banyak usaha kecil berpotensi menciptakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat
b. Kontribusi terhadap PDB menurut harga berlaku sebesar 63,11 %
c. Usaha kecil merupakan pelaku ekonomi utama yang berinteraksi langsung dengan konsumen
d. Mempunyai implikasi langsung untuk meredam persoalan-persoalan yang berdimensi sosial politik, terbukti pada waktu krisis usaha kecil menengah memegang peran kunci dalam kegiatan produksi dan distribusi.

Oleh karenanya sangat penting untuk mengadakan kajian yang mendalam untuk mengidentifikasi profil, peran, permasalahan usaha mikro sekaligus merekomendasikan model pengembangan usaha mikro di Indonesia. Diharapkan dengan kajian ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan kepada pihak-pihak terkait khususnya pembuat kebijakan di sektor, usaha mikro, kecil dan menengah.


Tujuan dan manfaat

Kajian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui profil usaha mikro di Indonesia
b. Mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh usaha mikro
c. Menyusun model pengembangan usaha mikro yang bersifat aplikatif.

Manfaat
Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi yang aplikatif
dalam rangka merumuskan kebijakan pengembangan usaha mikro pada khususnya
dan pemberdayaan UMKMK pada umumnya.

METODE PENELITIAN

Ruang lingkup kajian meliputi:
a. Mengidentifikasi kondisi usaha mikro,(fokus kajian pada usaha mikro yang bergerak
pada usaha tanaman pangan semusim dan aspek perdagangan).
b. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi usaha mikro dalam pengembangan
usahanya
c. Mengidentifikasi dukungan perkuatan bagi perkembangan usaha mikro dengan
mengkaji alternatif sumber pembiayaan lainnya (misal modal syariah, dan modal
ventura).

Prosedur Penelitian
Kajian ini dilaksanakan dengan methode survey dan diskusi daerah. Data primer diperoleh dari data lapang dengan cara wawancara menggunakan daftar pertanyaan, serta diskusi daerah. Data sekunder diperoleh dari berbagai referensi, laporan hasil penelitian, dan dokumen dari berbagai instansi terkait. Pengolahan data dengan cara tabulasi , sedang analisa data menggunakan analisa deskriptif sederhana.

KESIMPULAN

Jadi pengembangan usaha mikro merupakan program nasional yang memiliki peranan yang strategis karena merupakan bagian integral dari upaya pemerataan hasilhasil
pembangunan.

Jumat, 15 Oktober 2010

PERILAKU KONSUMEN

PERILAKU KONSUMEN
Diterbitkan 9 Januari, 2009 Komunikasi pemasaran 14 Komentar - komentar
Tag:Konsumen, Pemasaran, Perilaku konsumen, Proses pembelian

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Membeli



Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi pembeli untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Keputusan membeli pada dasarnya berkaitan dengan “mengapa” dan “bagaimana” tingkah laku konsumen



Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli:



a. Kebudayaan

Kebudayaan ini sifatnya sangat luas, dan menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Kebudayaan adalah simbul dan fakta yang kompleks, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat yang ada.

b. Kelas sosial

Pembagian masyarakat ke dalam golongan/ kelompok berdasarkan pertimbangan tertentu, misal tingkat pendapatan, macam perumahan, dan lokasi tempat tinggal

c. Kelompok referensi kecil

Kelompok ‘kecil’ di sekitar individu yang menjadi rujukan bagaimana seseorang harus bersikap dan bertingkah laku, termasuk dalam tingkah laku pembelian, misal kelompok keagamaan, kelompok kerja, kelompok pertemanan, dll

d. Keluarga

lingkungan inti dimana seseorang hidup dan berkembang, terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dalam keluarga perlu dicermati pola perilaku pembelian yang menyangkut:

*
Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli.
*
Siapa yang membuat keputusan untuk membeli.
*
Siapa yang melakukan pembelian.
*
Siapa pemakai produknya.

e. Pengalaman

Berbagai informasi sebelumnya yang diperoleh seseorang yang akan mempengaruhi perilaku selanjutnya

f. Kepribadian

Kepribadian dapat didefinisikan sebagai pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan untuk beringkah laku

g. Sikap dan kepercayaan

Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsisten. Kepercayaan adalah keyakinan seseorang terhadap nilai-nilai tertentu yang akan mempengaruhi perilakunya

h. Konsep diri

Konsep diri merupakan cara bagi seseorang untuk melihat dirinya sendiri, dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri orang lain.







Macam-Macam Situasi Pembelian

Jumlah dan kompleksitas kegiatan konsumen dalam pembeliannya dapat berbeda-beda. Menurut Howard, pembelian konsumen dapat ditinjau sebagai kegiatan penyelesaian suatu masalah, dan terdapat tiga macam situasi:

1. Perilaku Responsi Rutin

Jenis perilaku pembelian yang paling sederhana terdapat dalam suatu pembelian yang berharga murah dan sering dilakukan. Dalam hal ini pembeli sudah memahami merk-mek beserta atributnya.

2. Penyelesaian Masalah Terbatas

Pembelian yang lebih kompleks dimana pemeli tidak mengetahui sebuah merk tertentu dalam suatu jenis produk yang disukai sehingga membutuhkan informasi lebih banyak lagi sebelum memutuskan untuk membeli

3. Penyelesaian Masalah Ekstensif

Pembelian yang sangat kompleks yaitu ketika pembeli menjumpai jenis produk yang kurang dipahami dan tidak mengetahui kriteria penggunaannya



Struktur Keputusan Membeli

Keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli itu sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan membeli mempunyai suatu struktur yang mencakup beberapa komponen:

1. Keputusan tentang jenis produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah radio atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli radio serta alternatif lain yang mereka pertimbangkan.

2. Keputusan tentang bentuk produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli bentuk radio tertentu. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu suara, corak dan sebagainya. Dalam hal ini perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk mengetahui kesukaan konsumen tentang produk bersangkutan agar dapat memaksimalkan daya tarik merknya.

3. Keputusan tentang merk

Konsumen harus mengambil keputusan tentang merk mana yang akan dibeli. Setiap merk memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merk.

4. Keputusan tentang penjualnya

Konsumen harus mengambil keputusan di mana radio tersebut akan dibeli, apakah pada toko serba ada, toko alat-alat listrik, toko khusus radio, atau toko lain. Dalam hal ini, produsen, pedagang besar, dan pengecer harus mengetahui bagaimana konsumen memilih penjual tertentu.

5. Keputusan tentang jumlah produk

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu unit. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyak produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari para pembeli.

6. Keputusan tentang waktu pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. Masalah ini akan menyangkut tersedianya uang untuk membeli radio. Oleh karena itu perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam penentuan waktu pembelian. Dengan demikian perusahaan dapat mengatur waktu produksi dan kegiatan pemasarannya.

7. Keputusan tentang cara pembayaran

Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang dibeli, apakah secara tunai atau dengan cicilan. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang penjual dan jumlah pembeliannya. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui keinginan pembeli terhadap cara pembayarannya.





Tahap-tahap dalam Proses Pembelian

1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan

Penganalisaan keinginan dan kebutuhan ini ditujukan terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan

2. Menilai Sumber-sumber

Tahap kedua dalam proses pembelian ini sangat berkaitan dengan lamanya waktu dan jumlah uang yang tersedia untuk membeli.

3. Menetapkan Tujuan Pembelian

Tahap ketika konsumen memutuskan untuk tujuan apa pembelian dilakukan, yang bergantung pada jenis produk dan kebutuhannya

4. Mengidentifikasikan Alternatif Pembelian

Tahap ketika konsumen mulai mengidentifikasikan berbagai alternatif pembelian

5. Keputusan Membeli

Tahap ketika konsumen mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Jika dianggap bahwa keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan menyangkut jenis produk, bentuk produk, merk, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya

6. Perilaku Sesudah Pembelian

Tahap terakhir yaitu ketika konsumen sudah melakukan pembelian terhadap produk tertentu.

Selasa, 28 September 2010

jurnal ketiga

JURNAL MANAJEMEN & BISNIS



---DAFTAR ISI---
ANALISIS CONSUMER DECISION MODEL
UNTUK PENGUKURAN EFEKTIFITAS PERIKLANAN
Ade Gunawan
1-14
KEPUASAN DAN KETIDAKPUASAN KERJA
DALAM MEMPENGARUHI INTENSI UNTUK BERTAHAN
ATAU KELUAR DARI LINGKUNGAN PEKERJAAN
Azuar Juliandi
15-28
PERENCANAAN PRODUKSI
DAN OPTIMALISASI HASIL PRODUKSI TBS
(STUDI PADA PT.SOCFINDO KEBUN SEI LIPUT
NANGGROE ACEH DARUSSALAM)
M.Fitri Rahmadana dan Yulian Kamahendra
29-36
EKSISTENSI HUKUM INVESTASI
DALAM MENGHADAPI EKONOMI GLOBAL
Ramlan
37-47
Jurnal Ilmiah “Manajemen & Bisnis”
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
ANALISIS CONSUMER DECISION MODEL
UNTUK PENGUKURAN EFEKTIFITAS PERIKLANAN
Oleh: Ade Gunawan
Abstrak: Iklan merupakan salah satu strategi promosi yang dijalankan oleh perusahaan untuk
memberikan informasi kepada orang-orang tentang produk dan mepersuasi pembeli / target
pasar, saluran distribusi, dan pubik untuk membeli mereknya (produknya). Untuk dapat
mengukur keefektifan sebuah iklan, salah satu model yang dapat digunakan adalah Consumer
Decision Model (CDM). Dalam Consumer Decision Model (CDM) tersebut digambarkan
bagaimana konsumen mencari dan mempertimbangkan suatu keputusan untuk membeli
produk, dimana masing-masing variabel berinteraksi dan saling mendukung yang berakhir
dengan pembelian.
Kata Kunci : Consumer Decision Model, Iklan
*) Ade Gunawan adalah Dosen Fakultas Ekonomi UMSU, alumni Fakultas Ekonomi UMSU Jurusan
Manajemen. Saat ini sedang menjalani pendidikan Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Universitas Sumatera Utara.
Pendahuluan
Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan
lagi menjelang era milenium tiga ini. Era tersebut diyakini pula sebagai era ketidakpastian
tinggi yang dibarengi dengan munculnya fase pertumbuhan yang makin tidak menentu. Salah
satu penyebabnya adalah tingginya tingkat persaingan di dunia bisnis lokal maupun global.
Perusahaan masa kini berusaha sekuat tenaga mempertahankan pelanggannya.
Mereka sadar bahwa biaya untuk menarik satu pelanggan baru, bisa lima kali dari biaya
mempertahankan pelanggan yang ada. Pemasaran yang ofensif biasanya lebih mahal dari pada
pemasaran defensif, karena lebih banyak usaha dan biaya untuk mendorong pelanggan yang
puas supaya meninggalkan pemasoknya sekarang (Kotler dan Susanto, 2000).
Fenomena tersebut secara nyata dapat disaksikan setiap hari yaitu semakin gencarnya
perusahaan-perusahaan memasarkan produknya melalui iklan di berbagai media massa. Bagi
sebagian besar perusahaan iklan menjadi suatu pilihan yang menarik, disamping sebagai
sumber informasi iklan juga dipandang sebagai media hiburan dan media komunikasi yang
efektif terutama jika ditayangkan di televisi.
Hal ini dapat dilihat dari perkembangan biaya pengeluaran iklan yang makin
meningkat setiap tahunnya mulai tahun 1992 sampai dengan tahun 1996. Biaya iklan telah
tumbuh dan meningkat sangat tajam, terutama iklan yang ditayangkan melalui media televisi.
Untuk lebih jelasnya tentang perkembangan tersebut dapat terlihat pada tabel berikut
ini :
Jurnal Ilmiah “Manajemen & Bisnis”
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Biaya Pengeluaran Iklan di Indonesia Tahun 1992-1996
Menurut Type Media (Dalam Milyar Rupiah)
Sumber: Karseno (1997)
Implikasi atas hal ini adalah secara umum dapat dikatakan bahwa perhatian produsen
terhadap pasar dan konsumen tumbuh sangat cepat. Ini berarti iklan telah berfungsi sebagai
ujung tombak perusahaan dalam menembus pasar yang semakin ketat.
Namun meskipun iklan menjadi pilihan yang menarik, iklan bukanlah satu-satunya
elemen penentu yang mampu meningkatkan penjualan karena masih ada elemen bauran
pemasaran lainnya, yaitu produk, harga dan distribusi yang ikut serta menentukan berhasil
tidaknya penjualan (Lingga Purnama, 2001).
Selain itu iklan juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, oleh karenanya iklan
harus dirancang sedemikian rupa dengan pertimbangan yang matang agar tujuan yang hendak
dicapai melalui iklan dapat efektif. Hal tersebut dikemukakan oleh Kotler (1993 : 30) :
“Karena anggaran biaya iklan yang sangat besar, petumbuhan pasar yang terus meningkat itu
harus disertai dengan kenaikan keuntungan yang memadai”.
Agar suatu pesan iklan menjadi efektif proses pengiriman harus berhubungan dengan
proses si penerima, untuk itu komunikator harus merancang pesan agar menarik perhatian
sasarannya.
Soewarno Handayaningrat (1983) menyatakan bahwa : “Efektivitas merupakan
pengukuran dalam arti terperincinya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.
Mengukur sebuah iklan haruslah dilakukan secara berkala dan kontinyu, karena
efektivitas iklan dapat diketahui dengan melakukan riset. Salah satu model yang dapat
digunakan untuk mengukur efektivitas iklan yang dikemukakan oleh Howard (1998 ; 143)
adalah :
Consumer Decision Model (CDM), dengan enam variabel yang saling berhubungan
(inrelatted variables), meliputi :
1. Pesan Iklan (information),
2. Pengenalan Merek (Brand Recognition),
3. Keyakinan Konsumen (Attitude),
4. Sikap Konsumen (Confidence),
5. Niat Beli (Intention), dan
6. Pembeli Nyata (Purchase).
Karena periklanan merupakan salah satu sarana pemasaran dan sarana penerangan
yang memegang peranan penting dan merupakan bagian kehidupan media komunikasi yang
Media 1992 1993 1994 1995 1996
Koran
Majalah
Radio
Bioskop
Televisi
Lapangan
377
95
100
10
390
55
484
108
113
10
613
53
741
155
139
11
1062
176
1076
211
170
11
1638
230
1538
291
190
21
2351
300
Total 1027 1381 2286 3355 4682
Jurnal Ilmiah “Manajemen & Bisnis”
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
vital bagi pengembangan dunia usaha, maka dalam pemilihan media iklan, perusahaan harus
lebih jeli dan mengadakan pertimbangan-pertimbangan dalam memilih sarana media yang
akan dijadikan sarana pemasaran yang efektif bagi perusahaan.
Pengertian dan Arti Pentingnya Periklanan
Periklanan merupakan salah satu kegiatan yang banyak dilakukan oleh perusahaan
maupun perseorangan. Dalam periklanan, pihak yang memasang iklan (disebut sponsor) harus
mengeluarkan sejumlah biaya pada media. Jadi menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo
(1999, hal 223) periklanan adalah “komunikasi non-individu, dengan sejumlah biaya, melalui
berbagai media yang dilakukan perusahaan, lembaga non-laba, serta individu-individu”.
Disini pihak sponsor berusaha menyebarluaskan berita kepada masyarakat. Berita
inilah yang disebut iklan atau advertensi. Jadi periklanan berbeda dengan iklan. Periklanan
adalah prosesnya, sedangkan iklan adalah beritanya.
Sedangkan Lingga Purnama (2001, hal. 156) menyatakan bahwa : “Periklanan
merupakan suatu bentuk presentasi nonpersonal atau massal dan promosi ide, barang, dan jasa
dalam media massa yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu”.
Karena banyaknya bentuk periklanan dan penggunaannya, agak sulit untuk membuat
suatu generalisasi menyeluruh tentang sifat-sifat khusus periklanan sebagai suatu komponen
dari bauran promosi. Namun demikian, secara umum dapat diperhatikan sifat-sifat berikut :
1. Presentasi umum. Periklanan adalah cara berkomunikasi yang sangat umum. Sifat
umum itu memberi semacam keabsahan produk dan penawaran yang
terstandarisasi. Karena banyak orang menerima pesan yang sama, pembeli tahu
motif mereka untuk membeli produk tersebut akan dimaklumi oleh umum.
2. Tersebar luas. Periklanan adalah medium berdaya sebar luas yang memungkinkan
pemasar mengulang satu pesan berulang kali. Iklan juga memungkinkan pembeli
menerima dan membandingkan pesan dari berbagai pesaing. Periklanan berskala
besar oleh seorang pemasar menunjukkan sesuatu yang positif tentang ukuran,
kekuatan, dan keberhasilan pemasar.
3. Ekspresi yang lebih kuat. Periklanan memberi peluang untuk mendramatisasi
perusahaan dan produknya melalui penggunaan cetakan, suara, dan warna penuh
seni. Namun kadang-kadang kemampuan berekspresi yang melampaui batas-batas
tertentu dapat memperlemah pesan atau mengalihkan perhatian dari pesan yang
disampaikan.
4. Tidak bersifat pribadi. Periklanan tidak memiliki kemampuan memaksa seperti
wiraniaga perusahaan. Audiens tidak merasa wajib memperhatikan atau
menanggapi. Iklan hanya mampu melakukan tugas yang bersifat monolog, bukan
dialog dengan audiens.
Keuntungan dari periklanan adalah rendahnya biaya dalam tiap pemunculan iklan
(law cost per exposure), media yang bervariasi (Surat Kabar, Majalah, Televisi, Radio dan
sebagainya), adanya kemampuan mengendalikan tiap pemunculan iklan (control of exposure),
isi pesan yang konsisten, dan kesempatan untuk mendesain pesan yang kreatif. Selain itu, daya
tarik dan pesan dapat disesuaikan bila tujuan komunikasi berubah.
Jurnal Ilmiah “Manajemen & Bisnis”
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Kerugian periklanan adalah tidak terjadinya interaksi secara langsung dengan pembeli
dan mungkin saja tidak berhasil menarik perhatian pemirsa. Disamping itu, isi pesan juga
cendrung tetap selama periode atau durasi tertentu.
Dalam membuat program periklanan, manajer pemasaran harus selalu mulai dengan
mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli, setelah itu manajer pemasaran membuat
lima putusan utama yang disebut lima M :
• Mission (Misi) : Apakah tujuan periklanan ?
• Money (Uang) : Berapa banyak yang dapat dibelanjakan ?
• Message (Pesan) : Pesan apa yang harus disampaikan ?
• Media (Media) : Media apa yang akan digunakan ?
• Measurement (Pengukuran): Bagaimana mengevaluasi hasilnya? (Lingga Purnama,
2001)
Efektivitas Iklan
Dalam setiap proses manajemen, baik itu manajemen sumber daya manusia,
manajemen informasi sistem, manajemen operasional, manajemen keuangan maupun
manajemen pemasaran, efektivitas merupakan kriteria utama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Bernard (1982 : 117) bahwa : “Efektivitas adalah suatu tindakan dimana
tindakan itu akan efektif apabila telah mencapai tujuan yang telah ditentukan”.
Sedangkan Pandji Anoraga (2000 : 178) menyatakan bahwa : “Efektivitas
berhubungan dengan pencapaian tujuan yang lebih dikaitkan dengan hasil kerja”.
Kata kunci efektivitas adalah efektif, karena pada akhirnya keberhasilan perusahaan
diukur dengan konsep efektivitas. Pengertian efektivitas mempunyai arti yang berbeda bagi
setiap orang, tergantung kepada kerangka acuan yang dipakainya. Seorang ahli ekonomi
mempunyai persepsi bahwa efektivitas organisasi akan semakna dengan keuntungan atau laba.
Bagi instansi pemerintah, efektivitas organisasi semakna dengan program yang mempunyai
pengaruh besar dengan kepentingan masyarakat banyak baik politik, ekonomi dan sebagainya.
Dari pengertian sebelumnya, maka pada umumnya efektivitas tersebut memberikan
batasan dari segi hasil yang dicapai dari suatu kegiatan tertentu tanpa memperhatikan segi
sumber yang digunakan. Dengan perkataan lain bahwa efektivitas merupakan kemampuan
untuk memilih tujuan yang tepat atau arah yang tepat dalam pencapaian tujuan. Pada saat
sekarang, pengertian efektif sering diidentikkan dengan tepat guna.
Suatu iklan dapat dikatakan efektif, apabila tujuan dari periklanan tersebut dapat
tercapai atau terlaksana. Lingga Purnama (2001 : 159) menyatakan bahwa : “Tujuan dari
pembuatan iklan harus dapat menginformasikan, membujuk dan mengingatkan pembeli
tentang produk yang ditawarkan oleh perusahaan melalui media iklan tersebut”.
T. Hani Handoko (1998 : 103) menyatakan bahwa ada beberapa kriteria dalam
menilai efektivitas, yaitu :
a. Kegunaan,
b. Ketepatan dan Objektivitas,
c. Ruang lingkup,
d. Efektivitas biaya,
Jurnal Ilmiah “Manajemen & Bisnis”
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
e. Akuntabilitas, dan
f. Ketepatan waktu.
Agar berguna bagi perusahaan dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, maka
suatu periklanam harus fleksibel, stabil, berkesinambungan dan sederhana serta mudah untuk
dipahami. Hal ini memerlukan analisa, peramalan dan pengembangan usaha periklanan
dengan mempertimbangkan segala sesuatu pembuatan iklan sebagai proses yang
berkesinambungan.
Kegiatan iklan harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, mudah dipahami, dan
akurat dan tepat pada sasarannya. Berbagai keputusan dan kegiatan perusahaan hanya efektif
bila didasarkan atas informasi yang tepat. Periklanan juga perlu memperhatikan prinsipprinsip
kelengkapan (comprehensiveness), kepaduan (unity) dan konsistensi.
Efektifitas biaya menyangkut masalah waktu, usaha dan aliran emosional dari
pencapaian iklan tersebut. Kemudian periklanan juga harus memperhatikan aspek
tanggungjawab atas pelaksanaan iklan tersebut dan tanggungjawab atas implementasi kegiatan
periklanan tersebut. Sehingga segala kegiatan periklanan yang telah dilakukan akan tepat
waktu sesuai dengan yang direncanakan.
Apabila tujuan periklanan tersebut dapat tercapai, dengan terlebih dahulu
mengadakan pemilihan media yang sesuai serta mengadakan penyusunan anggaran untuk
kegiatan periklanan tersebut, maka suatu iklan dapat dikatakan efektif.
Mengukur Efektivitas Iklan Melalui Consumer Decision Model
Untuk untuk dapat memastikan bahwa suatu iklan yang diadakan tersebut efektif atau
tidak, maka harus dilakukan dengan riset, misalnya riset dampak komunikasi dan riset dampak
penjualan.
Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas iklan menurut
Howard (1998, hal. 143) adalah :
Consumer Decision Model (CDM), dengan enam variabel yang saling berhubungan
(inrelatted variables), yaitu :
• Pesan iklan (information) yang diberi lambang F
• Pengenalan merek (Brand Recognition) yang diberi lambang B
• Keyakinan konsumen (Attitude) yang diberi lambang A
• Sikap konsumen (Confidence) yang diberi lambang C
• Niat beli (Intention) yang diberi lambang I
• Pembeli nyata (Purchase) yang diberi lambang P
Hubungan tersebut dapat terlihat pada gambar Consumer Decision Model berikut ini :
Jurnal Ilmiah “Manajemen & Bisnis”
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Keterangan:
F =Pesan Iklan
B =Pengenalan Merek
C =Keyakinan Konsumen
A =Sikap Konsumen
I =Niat Beli
P =Pembeli Nyata
Sumber : Howard (1998)
Dalam figur tersebut digambarkan bagaimana konsumen mencari dan
mempertimbangkan suatu keputusan untuk membeli produk, dimana masing-masing variabel
berinteraksi dan saling mendukung yang berkahir dengan pembelian. Alur model tersebut
diawali dari konsumen yang menerima informasi (F, information), kemudian dari informasi
tersebut dapat menyebabkan tiga kemungkinan pengaruh yang dimulai dari pengenalan merek
oleh konsumen (B, Brand Recognition) selanjutnya dievaluasi apakah pengenalan tersebut
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen dimana kesesuaian tersebut akan
membentuk sikap (A, Attitude), dan selanjutnya dapat menciptakan dan menambahkan ke
dalam pikiran konsumen sebagai tingkat keyakinan (C, Confidence) yang menunjukkan
penilaian terhadap merek yang bersangkutan dapat memberikan kepuasan atau tidak.
Pengenalan merek mempunyai sumbangan berupa penguatan terhadap sikap dan keyakinan
konsumen terhadap merek yang ditawarkan yang kesemuanya itu diharapkan mampu
menimbulkan niat beli (I, Intention) dari konsumen. Hal ini tentu saja akan mampu
mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian (P, Purchase) yang nyata.
Pesan Iklan (Information)
Dalam memilih pesan periklanan, Lingga Purnama (2001 : 160) menyatakan bahwa
pengiklan harus melalui empat tahap strategi yang dikembangkannya menjadi kreatif, yaitu :
a. Pembentukan pesan
b. Evaluasi dan pemilihan pesan
c. Pelaksanaan pesan
d. Tanggungjawab sosial
Pada prinsipnya pesan produk, manfaat utama yang ditawarkan merek, harus
diputuskan sebagai bagian dari pengembangan konsep produk. Dalam konsep ini terdapat
Jurnal Ilmiah “Manajemen & Bisnis”
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
sejumlah kemungkinan pesan. Beberapa orang kreatif menggunakan kerangka deduktif untuk
menciptkan pesan iklan. Dalam hal ini pembeli terlihat mengharapkan salah satu dari empat
jenis imbalan dari suatu produk atau memvisualisasikan imbalan dari tiga bentuk pengalaman.
Pengiklan perlu mengevaluasi pesan-pesan alternatif. Iklan yang baik biasanya
berfokus pada satu usulan penjualan inti. Pesan hendaknya diperingkat berdasarkan tingkat
yang diinginkannya (desirability), eksklusivitas (exclusiveness), dan kepercayaannya
(believability). Pesan tersebut pertama-tama harus mengatakan sesuatu yang diinginkan atau
menarik tentang produk tersebut. Pesan tersebut juga harus mengatakan sesuatu yang
eksklusif atau yang membedakan yang tidak terdapat pada semua merek dalam kategori
produk tersebut. Akhirnya pesan harus dapat dipercaya atau dibuktikan.
Pengaruh pesan tidak hanya tergantung pada apa yang dikatakan tetapi juga pada
bagaimana mengatakannya. Beberapa iklan mengarah pada penentuan posisi rational dan yang
lain penentuan posisi emosional. Orang-orang kreatif harus menemukan elemen-elemen
dalam usahanya menyampaikan suatu citra dan pesan yang terpadu yaitu : gaya (seperti gaya
hidup, fantasi, musik, dan sebagainya), nada (nada positif atau negatif), kata-kata (perlu
menggunkan kata-kata yang mudah diingat dan menarik perhatian), dan format (seperti
ukuran, warna, atau illustrasi iklan).
Pada saat yang sama pengiklan dan bironya harus memastikan bahwa iklan kreatif
mereka tidak melanggar norma-norma sosial dan hukum.
Pengenalan Merek (Brand Recognition)
Suatu citra merek yang kuat memberikan beberapa keunggulan utama bagi
perusahaan. Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi halhal
tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau
sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler, 1998).
Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan ciri,
manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan
kualitas, tetapi menurut Lingga Purnama (2001 : 119) merek lebih dari sekadar simbol karena
memiliki enam tingkat pengertian :
a. Atribut. Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Mercedez menyatakan
sesuatu yang mahal, dibuat dengan baik, terancang dengan baik, tahan lama,
bergengsi tinggi, dan sebagainya.
b. Manfaat. Suatu merek lebih dari serangkaian atribut. Pelanggan tidak membeli
atribut tetapi membeli manfaat. Atribut diperlukan untuk diterjemahkan menjadi
manfaat fungsional dan/atau emosional. Misalnya atribut “mahal” mungkin
diterjemahkan menjadi manfaat emosional, “mobil ini membuat saya merasa
penting dan dihargai”.
c. Nilai. Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Jadi Mercedez
berarti berkinerja tinggi, aman, bergengsi, dan sebagainya.
d. Budaya. Merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedez mewakili budaya
Jerman, yakni terorganisai, efisien, berkualitas tinggi.
e. Kepribadian. Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Kadang-kadang
merek mengambil kepribadian orang terkenal.
Jurnal Ilmiah “Manajemen & Bisnis”
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
f. Pemakai. Merek juga menunjukkan konsumen yang membeli atau menggunakan
produk tersebut. Pemakai Mercedez, misalnya diasosiasikan dengan seorang
manajer puncak.
Keyakinan Konsumen (Attitude)
Menurut Pandji Anoraga (2000 : 228) bahwa : “Keyakinan merupakan suatu gagasan
deskriptif yang dianut oleh sesorang tentang sesuatu”. Oleh karena itu, untuk membuat
seorang konsumen merasa yakin atas produk yang ditawarkan, maka tidak terlepas dari
mempelajari perilaku konsumen tersebut.
Perilaku konsumen untuk dapat yakin atas produk tersebut sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang ada didalam menagkap pesan yang diberikan pada konsumen tersebut. Oleh
karenanya informasi yang diberikan harus mampu menyentuh dan memberikan persepsi bagi
konsumen untuk merasa yakin dan aman dalam memperoleh dan menggunakan produk yang
ditawakan sesuai dengan yang dibutuhkannya. Sebab persepsi merupakan proses pemilihan,
pengorganisasi dan penafsiran masukan-masukan dari informasi yang diberikan, sehingga
tercipta sebuah gambaran yang bermakna yang ditangkap oleh konsumen dan akhirnya
menjadi keyakinan bagi konsumen tersebut untuk memilih dan menggunakan produk tersebut.
Sikap Konsumen (Confidence)
Sikap menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak baik, perasaan
emosional, dan kecendrungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa
objek atau gagasan. Sikap konsumen merupakan suatu respon yang diberikan oleh pesan iklan
dan ditangkap oleh konsumen.
Setelah seseorang menyelesaikan pencariannya akan informasi dan melakukan
evaluasi yang luas atas berbagai kemungkinan, hasilnya adalah pembentukan suatu sikap
terhadap alternatif-alternatif yang dipertimbangkannya. Sikap merupakan suatu evaluasi
menyeluruh yang memungkinkan orang memberikan respon dengan cara menguntungkan atau
tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan
(Lingga Purnama, 2001).
Bila semua yang lain sama. Orang biasanya berperilaku dengan cara yang konsisten
dengan sikap dan maksud mereka. Berdasarkan literatur dalam psikologi sosial dan bidang
terkait, setidaknya hingga belum lama ini, sikap adalah variabel terpenting yang dimanfaatkan
di dalam studi perilaku manusia. Lebih jauh lagi, sikap dikonsepkan sebagai perasaan positif
atau negatif terhadap merek dan dipandang sebagai hasil dari penelitian merek bersama
dengan kriteria atau atribut evaluasi yang penting.
Perubahan sikap dan perilaku adalah sasaran yang umum. Proses ini mencerminkan
pengaruh psikologis dasar yang menjadi subjek dari beberapa dasawarsa penelitian yang
intensif.
Niat Beli (Intention)
Niat beli merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
konsumen sebelum mengadakan pembelian atas produk yang ditawarkan atau yang
dibutuhkan oleh konsumen tersebut. Pandji Anoraga (2000 : 228) menyatakan bahwa ada lima
Jurnal Ilmiah “Manajemen & Bisnis”
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
tahap dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli yang umum dilakukan oleh
seseorang, yaitu :
a. Pengenalan kebutuhan
b. Proses informasi konsumen
c. Evaluasi produk / merek
d. Pembelian
e. Evaluasi pasca pembelian
Kebutuhan konsumen mungkin muncul karena menerima informasi baru tentang
suatu produk, kondisi ekonomi, periklanan, atau karena kebetulan. Selain itu, gaya hidup
seseorang, kondisi demografis, dan karakteristik pribadi dapat pula mempengaruhi keputusan
pembelian seseorang.
Proses informasi konsumen meliputi pencarian sumber-sumber informasi oleh
konsumen. Proses informasi dilakukan secara selektif, konsumen memilih informasi yang
paling relevan bagi benefit yang dicari dan sesuai dengan keyakinan dan sikap mereka.
Memproses informasi meliputi aktivitas mencari, memperhatikan, memahami, menyimpan
dalam ingatan dan mencari tambahan informasi.
Konsumen akan mengevaluasi karakteristik dari berbagai produk / merek yang
mungkin paling memenuhi benefit yang diinginkannya. Dalam pembelian, beberapa aktivitas
lain diperlukan, seperti pemilihan toko. Penentuan kapan akan membeli dan memungkinkan
finansialnya. Setelah ia menemukan tempat yang sesuai waktu yang tepat, dan dengan
didukung oleh daya beli, maka kegiatan pembelian dilakukan.
Sekali konsumen melakukan pembelian, maka evaluasi pasca pembelian terjadi. Jika
kinerja produk sesuai dengan harapan konsumen, konsumen akan puas. Jika tidak,
kemungkinan pembelian akan berkurang.
Pembeli Nyata (Purchase)
Menurut Pandji Anoraga (2000 : 229) Ada lima peran yang dimainkan orang dalam
suatu keputusan pembelian :
a. Pengambil inisiatif (Initiator), yaitu seseorang yang pandangannya atau sarannya
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
b. Orang yang mempengaruhi (Influencer), yaitu seseorang yang memutuskan
sebagian besar keputusan membeli, seperti : apakah jadi membeli, apa yang dibeli,
bagaimana membelinya, atau di mana membelinya.
c. Pembeli (Buyer), yaitu seseorang yang melakukan pembelian yang sebenarnya.
d. Pemakai (User), yaitu seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang
atau jasa yang dibeli.
Keterlibatan pembelian yang tinggi diperlukan jika produk tersebut penting bagi
konsumen, seperti : jika pembelian tersebut terkait dengan ego atau citra diri konsumen. Di
sini ada satu risiko yang harus dihadapi konsumen, seperti risiko finansial, risiko finansial,
risiko sosial, atau psikologis. Dalam pengambilan keputusan ini diperlukan waktu dan energi
yang banyak untuk mempertimbangkan alternatif produk.
Jurnal Ilmiah “Manajemen & Bisnis”
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Penutup
Seorang konsumen yang tergerak mungkin akan mencari informasi yang lebih banyak
terhadap produk yang diinginkannya, yang dapat diperolehnya melalui pesan iklan dari
berbagai sumber, seperti : media televisi, radio, majalah, surat kabar, internet, dan masih
banyak lagi media informasi lainnya. Tujuannya informasi ini adalah untuk merangsang
konsumen atau pembeli untuk mempunyai minat atau niat beli atas produk yang ditawarkan.
Sebagai akibat dari upaya mengumpulkan informasi tersebut, para konsumen akan
tergerak kesadarannya untuk mengenal merek (Brand Recognition) dari produk yang
ditawarkan, sehingga memungkinkan para konsumen untuk terangsang dalam mengadakan
pembelian atas merek atau produk tersebut.
Informasi yang diterima juga dapat memberikan keyakinan (Attitude) pada diri
konsumen atau calon pembeli atas produk tersebut dan juga memberikan reaksi padanya
dalam bersikap (Confidence) serta bertindak untuk dapat memiliki atau membeli produk
tersebut. Dan akhirnya apa yang diinginkan oleh penyampaian iklan tersebut akan menjadi
kenyataan atau dengan kata lain konsumen merasa terpancing dan berkeinginan untuk
memiliki produk yang ditawarkan tersebut.
Dengan efektifnya informasi yang diberikan melalui iklan tersebut, yang berupaya
untuk mengenalkan merek dari produk yang ditawarkan, sehingga menimbulkan keyakinan
dan sikap dari perilaku konsumen untuk mengadakan pembelian, maka diharapkan para
konsumen dan calon konsumen akan mempunyai niat beli (Intention) terhadap produk yang
ditawarkan melalui iklan dengan media Televisi tersebut.
Daftar Pustaka
Swastha, Basu dan Sukotjo, Ibnu. 1999. Pengantar Bisnis Modern, Edisi Ketiga, Penerbit
Liberty, Yogyakarta.
Bernard, Cheter I. 1982. Fungsi Eksekutif, Edisi Ketigapuluh, LPPM dan Pustaka Binaan
Pressindo, Jakarta.
Howard, John A. 1998. Consumer Behaviour in Marketing Strategy, NK : Prentice Hall, Inc,
Englewood Cliffs.
Karseno, AR. 1997. “Iklan, Bergesernya Alat Perdagangan Menjadi Diktator Budaya”,
Kompas, 16 April, Jakarta.
Kotler, Phliip. 1998. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Control, Jilid II, PT. Prenhallindo, Jakarta.
___________. 1993. Marketing, Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Kotler, Philip dan Susanto A. B. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia:Analisis
Prencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Salemba Empat, Jakarta.
Purnama, Lingga. 2001. Strategic Marketing Plan, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Anoraga, Pandji. 2000, Manajemen Bisnis, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Rhenald Kasali, 1995. Manajemen Periklanan, PT. Grafiti, Jakarta.
Handayaningrat, Soewarno. 1983. Pangantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Gunung Agung. Jakarta.
Handoko, T. Hani. 1998. Manajemen. Edisi Kedua. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.
Yogyakarta.
Jurnal Ilmiah “Manajemen & Bisnis”
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

jurnal kedua

jurnal pertama

JURNAL
MANAJEMEN & BISNIS



Daftar Isi
3. Pengaruh Kompensasi dan Karakteristik Pekerjaan terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan Unit Produksi PT.X Palembang
18. Restrukturisasi Hutang Melalui Kebijakan Debt To Equity Swap dan
Pengaruhnya Terhadap Struktur Keuangan PT.X
37. Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Tranformasional dan
Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan Lini Depan Perusahan
Jasa.
50. Pengukuran Kepuasan Anggota Kemitraan terhadap Pelayanan PT.
X Palembang
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003 4
PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN
TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN
UNIT PRODUKSI PRODUKSI PT.X PALEMBANG
Oleh : Agung Panudju
A B S T R A C T
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel compensatiom dan pekerjaan
karakteristik terhadap kepuasan kerja karyawan Unit Produksi di PT. X. Penelitian ini
kausalitas penelitian dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey. Jumlah sampel
93 responden dan pengumpulan data dilakukan dengan mengisi beberapa questionaires.There dua
kelompok variabel dalam penelitian ini. Mereka adalah variabel independen yang kompensasi dan
karakteristik pekerjaan, dan yang lain adalah variabel dependen yang kepuasan kerja Produksi
Unit karyawan di PT. X. regresi linier digunakan untuk menganalisis variabel ibfluence PTAI
kompensasi dan karakteristik pekerjaan pada pekerjaan satisfaction.According dengan hasil
analisis regresi, menemukan bahwa secara simultan variabel kompensasi dan karakteristik pekerjaan
memiliki efek yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan Unit produksi di PT. X. parsial,
variabel karakteristik pekerjaan yang outonomy kerja (X3) memiliki pengaruh yang paling dominan pada pekerjaan
kepuasan karyawan unit produksi di PT. X.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang ada dalam suatu
perusahan organisasi disamping sumber daya yang lain , misalnya modal, material, mesin
dalam perusahan ,sehingga menjadi bermanfaat dan tanpa adanya sumber daya manusia dan
teknologi. Hal ini karena manusialah yang mengelolah sumber daya lainnya yang ada dalam
perusahan, sehingga menjadi bermanfaat dan tanpa adanya sumber daya manusia maka
sumber daya lainnya menjadi sangat penting. Hal yang penting diperhatikan dalam
pemeliharaan hubungan tersebut antara lain adalh kepuasan kerja para karyawan.
Berkerja pada suatu perusahan / organisasi dengan memperoleh imbalan juga biasanya
didasarkan keyakinan bahwa dengan berkerja pada perusahan / organisasi itu seseorang akan
dapat memuaskan berbagai kebutuhannya, tidak hanya di bidang material, seperti sandang,
pangan, papan dan kebutuhan kebendaan lainya, akan tetapi juga berbagai kebutuhan lainnya
yang bersifat sosial,prestise, kebutuhan psikologis dan intelektual (siagian, 2000). Kepuasan
kerja dirasa penting dan perlu diperhatikan oleh setiap organisasi, karena Manusia Merupakan
faktor dan pemeran utama dalam proses kerja ,terlepas dari apakah perkerjaan itu sarat
teknologi atau tidak, namun pada akhirnya manusialah yang akan menjadikan perkerjaan itu
efektif atau tidak (Allen dalam As’ad, 1998).
Rendahnya kepuasan kerja dari karyawan dalam suatu organisasi atau perusahan
merupakan gejala dari kuarang stabilnya organisasi atau perusahan tersebut bentuk yang
paling ekstrim dari ketidak puasan tersebut adalah pemogokan kerja, mangkir, dan tingkat
keluarnya karyawan dari perusahaan tinggi.
Dalam hal kesejahteraan karyawan, PT.X telah melakukan berbagai upaya untuk
menigkatkan kemakmuran karyawannya misalanya dengan memperhatikan kompetensi yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003 5
dimiliki karyawan, dan dengan menjalankan system rotasi dan mutasi yang baik antar
bagian,dinas, departemen,maupun direktorat. Namun demikin, dalam kenyatannya masih timbul
ketidakpuasan yang tercermin dari adanya demostrasi karyawan dengan salah satu
tuntutannya adalah perbaikan sistem pengajaran berdasarkan pemikiran inilah, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh konpensasi dan karateristik perkerjaan
terhadap kepuasan kerja karyawan PT X di Palembang.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah variabel-variabel yang ada dalam kompensasi (finansial dan finansial) serta
variabel-variabel yang ada pada karakteristik pekerjaan (otonomi, variasi perkerjaan,
identitas tugas, signifikan tugas, dan umpan balik ) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan ?
2. Variabel kompensasi dan karakteristik pekerjaan manakah yang merupakan variabel
paling dominan dalam menentukan kepuasan kerja karyawan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui apakah sistem kompensasi yang diterapkan diunit produksi PT.X
secara parsial maupun simultan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
2. Untuk mengetahui apakah karateristik pekerjaan diunit produksi PT.X secara parsial
maupun simultan mepengaruhi kepuasan kerja karyawan?
3. Untuk mengetahui variabel- variabel mana yang mempunyai pengaruh paling dominan
terhadap kepuasan kerja karyawan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kompensasi
Garry Dessler Mendefinisikan kompensasi sebagai berikut : Employee compensastion
is all forms of pay rewards going to employee and arising from their employment. Maksudnya
kompensasi adalah segala bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan
oleh perusahan sebagai atau balas jasa atas kontribusi mereka kepada perusahaan
Menurut Mondy dan Neo, jenis kompensasi yang diberikan pada karyawan dapat
berbentuk kompensasi finansial dan non finansial (Mondy & Neo,1993) Kompensasi finansial
adalah kompensasi yang diterima karyawan dalam bentuk finansial, seperti gaji, upah, bonus
dan tunjangan-tunjangan. Sedangkan kompensasi non-finansial adalah kompensasi yang
diterima karyawan dalam bentuk non- financial, seperti promosi jabatan. Dan penghargan.
Agar dalam pelaksanaannya program kompensasi dapat berjalan secara efektif, maka
program kompensasi tersebut harus menerapakan azas-azas kompensasi (Hasibuan 2001),
yaitu :
1. Azas adil; artinya besarnya kompensasi yang diberikan kepada karyawan harus disesuaikan
dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan pekerjaan
dan memenuhi persyaratan internal konsisten.
2. Azas layak dan wahar; artinya kompensasi yang diberikan kepada karyawan harus dapat
memenuhi kebutuhannya pada tingkat normatif yang ideal.
Selain itu beberapa hal yang perlu dilakukan dalam usaha pengembangan suatu sistem
kompensasi, antara lain:
1. Melakukan analisis pekerjaan
2. Melakukan Penilaian terhadap pekerjaan dikaitkan dengan keadilan internal
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003 6
3. Melakukan survei terhadap berbagai sistem imbalan yang berlaku diorganisasikan lain,
guna memperoleh bahan yang berkaitan dengan keadilan eksternal
4. Menentukan harga setiap pekerjaan dihubungkan dengan harga pekerjaan sejenis
ditempat lain.
2.2. Karakteristik Pekerjaan
Membahas masalah karakteristik pekerjaan tidak lepas dari membahas perancangan
pekerjaan. Pekerjaan yang baik harus lebih baik dari sekedar sekumpulan tugas yang harus
dilakukan sebagaimana yang dihasilkan oleh informasi analisis.
Dalam merancang bangun pekerjaan ada tiga hal penting yang harus diperhatikan.
Pertama, dalam merancang bangun pekerjaan harus mencerminkan usaha pemenuhan
tuntutan lingkungan, organisasional dan keperilakuan terhadap pekerjaan yang dirancang
bangun itu, Kedua,mempertimbangkan ketiga tuntutan tersebut berarti upaya diarahkan pada
pekerjaan yang produktif dan memberikan kepuasan pada prilakunya, meksipun dapat
dipastikan bahwa tingkat produktivitas dan kepuasan itu tidak akan sama pada setiap orang.
Ketiga, tingkat produktivitas dan kepuasan para pelaksana pekerjaan harus mampu berperan
sebagai umpan balik.
2.2.1 Unsur Organisasi
Seluruh unsur organisasi dalam rancang bangun pekerjaan berangkat dari dan
bermuara pada efisiensi dan efektivitas kerja. Untuk mencapainya organisasi cenderung kearah
pendekatan mekanistik, prosedur dan ergonomik. Pendekatan mekanistik adalah pendekatan
yang menekankan pada spesialisasi yang tinggi sebagaimana halnya dengan pendekatan
scientific management, yaitu memberikan cakupan pekerjaan yang rendah pada seseorang
dengan harapan pelaksana menjadi sangat ahli dalam pelaksanaanya dan dapat menjadi
sangat efektif dan efisien dalam pelaksaannya. Pendekatan berikutnya adalah menentukan
prosedur atau arus kerja, yaitu prngaturan dan penentuan standar perilaku dalam pelaksanaan
tugas sebagai upaya untuk menigkatkan kepastian dari hasil pekerjaannya. Selanjutnya
pendekatan ergonomik, yaitu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman secara fisik dan
dapat memudahkan pelaksanaan tugas-tugas yang efisien atau dapat membantu gerakangerakan
yang efektif dalam pelaksanaan pekerjaan.
2.2.2 Unsur Lingkungan
Pertimbangan unsur lingkungan berkaitan dengan pertimbangan aspek-aspek
kemampuan, kesedianan pegawai dan harapan- harapan masyarakat. Kemampauan dari
pegawai akan menentukan tingakat spesialisasi pekerjaan yang tepat. Seorang pegawai
dengan kemampuan yang rendah lebih efektif dengan spesialisasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pegawai yang mempunyai kemampuan lebih tinggi. Ketersediaan
pegawai juga akan menentukan tingkat spesialisasi yang akan diterapakan.
2.2.3 Unsur keprilakuan
Rancang bangun pekerjaan tidak boleh semata-mata dikaitkan hanya dengan
efisiensi kerja saja, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa orientasi efisiensi, efektivitas dan
produktivitas sangat penting dalam sutu organisasi.
Unsur keperilakuan berkaitan dengan pemberian beberapa karakteristik dan
pekerjaan yang dapat memenuhi keinginan atau motif seseorang dalam pelaksanan suatu
pekerjaan, yaitu :
1. Otonomi dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Variasi tugas.
3. Identitas tugas.
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003 7
4. Signifikansi tugas.
5. Umpan balik.
2.3 Kepuasan Kerja
Berbagai defenisi tentang kepuasan kerja telah dibuat oleh para ahli. Diantaranya
adalah Wexley dan Yukl dalam As’ad (1987), yang mendefinisikan kepuasan kerja sebagai
berikut:’’Job satisfaction is the way an employee feels about his job’’. Kepuasan kerja perasaan
pekerja terhadap pekerjaanya. Siagian menuliskan bahwa “kepuasan kerja merupakan suatu
cara pandang seseorang, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif, tentang
pekerjaannya’’(Siagian,2000). Dari defenisi tersebut,dapat disismpulkan bahwa kepuasan kerja
adalah perasaan positif seseorang terhadap pekerjaannya.
Kepuasan kerja merupakan salah satu elemen yang cukup penting dalam organisasi.
Hal ini disebabkan kepuasan kerja dapat mempengaruhi perilaku kerja seseorang seperti
malas, rajin, produktif,apatis,dan lain-lain. sikap puas atau tidak puas karyawan dapat diukur
dari sejauh mana perusahan atau organisasi dapat memenuhi kebutuhan karyawan. Bila terjadi
keserasian antara kebutuhan karyawan dengan apa yang diberikan perusahan, maka tingkat
kepuasan yang dirasakan karyawan akan tinggi, dan sebaiknya. Ketidakpuasan kerja sering
tercermin dari prestasi kerja yang akan rendah, tingkat kemangkiran yang tinggi, seringnya
terjadi kecelakaan kerja,dan bahkan pemogokan kerja yang pada akhirnya akan sangat
merugikan perusahan.
2.4 Penelitin Terdahulu
Dalam hasil Annual Job satisfaction Survey terhadap para staf perusahan di Amerika
Serikat berkaitan dengan permasalan kompensasi mendekati tahun 2000 menunjukkan bahwa
level tertinggi dari ketidakpuasan karyawan berkisar seputar gaji, bonus, dan hubungan antara
pembayaran karyawan karyawan dan hasil kerjanya (Weldon,1999).
Penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto,Alhabsji dan Al-Musadieq terhadap karyawan
Hotel Patra Jasa Semarang menunjukan bahwa variabel-variabel dalam kompensasi
(kompensasi finansial dan non finansial) dan variabel-variabel dalam karakteristik pekerjaan
(otonomi, variasi pekerjaan, identitas tugas, signifikansi tugas, dan umpan balik) secara
simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan
Hotel Patra Jasa Semarang. Selain itu variabel-variabel dalam Karakteristik pekerjaan secara
simultan mempunyai kontibusi lebih besar dibandingkan variabel-variabel dalam kompensasi,
sedangkan secara parsial variabel otonomi merupakan variabel yang dominan dalam
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan (Sugiarto, Alhabsji, dan Al-Musadieq, 2001)
2.5 Penelitian Terdahulu
Dari uraian pada landasan teori diatas, maka kerangka konseptual penelitian ini
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Kompensasi
Kompensasi Finansial
Kompensasi Non- Financial
Karakteristik Pekerjaan
Otonomi
Variasi Pekerjaan
Identitas Tugas
Signifikan Tugas
Umpan Balik
Kepuasan Kerja
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003 8
Hubungan Antara variabel- variabel yang ada pada penelitian ini adalah hubungan
asimetris dimana variabel yang satu ( dimensi dari kompensasi dan karakteristik pekerjaan)
Merupakan Penyebab dari variabel yang lainya (kepuasan Kerja).
2.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual yang diajukan, maka hipotesis disimpulakan
sebagai berikut :
1. Variabel-variabel bebas dalam kompensasi dan karakteristik pekerjaan bersama- sama
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan Unit Produksi PT.X Palembang.
2. Variabel –variabel bebas dalam kompensasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap
kepuasan kerja karyawan Unit Produksi PT.X Palembang.
3. Variabel- variabel bebas dalam Karakteristik pekerjaan secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kepuasan karyawan PT.X Palembang.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausalitas, dimana penelitian
dilakukan untuk mengetahui pengaruh kompensasi yang diberikan perusahan dan karakteristik
yang ditetapakan terhadap tingkat kepuasan kerja karyawan diunit Produksi PT.X Palembang.
Sedangkan Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survey.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan diUnit Produksi PT. X
Palembang, baik yang menduduki jabatan struktural maupun fungsional dan level pimpinan/
Staf samapai dengan pelaksana / non staf.
Kelompok Jumlah
-Pimpinan /Staf 491 orang
-Pelaksana 734 orang
Jumlah Karyawan 1.225 orang
Ukuran dari sampel yang akan dijadikan obyek penelitian ditentukan dengan
pendekatan rumusan Slovin dengan persentase sampling error yang ditolerir 10 %. Rumusan
Slovin adalah sebagai berikut :
n = N
1 + N. e2
dimana : n = Ukuran sampel e = Sampling error yang ditolerir atau diinginkan
N = Ukuran populasi
Berdasarkan pendekatan tersebut ,maka jumlah sampel ditetapakan sebanyak 93 ( 37
karyawan staf dan 56 karyawan non staf) karyawan. Sedangkan jumlah sampel pada masingmasing
kelompok ditetapkan proposional sesuai dengan jumlah karyawan pada masing- masing
kelompok (sub populasi).
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003 9
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah teknik probabilitas / acak, dimana
setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
3.3. Variabel Penelitian.
Berdasarkan penjelasan- penjelasan diatas , terdapat 2 variabel yang termasuk dalam
penelitian ini, yaitu variabel independen dan variabel dependen.
Variabel independen meliputi :
1. Kompensasi terdiri dari :
a. Kompensasi finansial (X1), yaitu kompensasi yang diterima karyawan dalam bentuk
finansial, dengan indikator persepsi karyawan tentang gaji, upah, bonus dan tunjangan.
b. Kompensasi non finansial (X2), yaitu kompensasi yang diterima karyawan dalam bentuk
non-finansial, dengan indikator persepsi karyawan tentang promosi jabatan dan
penghargaan.
2. Karakteristik Pekerjaan, terdiri dari :
a. Otonomi (X3), yaitu kebebasan untuk mengendalikan sendiri pelaksanaan tugasnya
berdasarkan uraian dan spesifikasi pekerjaan yang dibebankan kepadanya, dengan
indikator kebebasan dalam merencanakan pekerjaan dan kebebasan dalam
melaksanakan tugas.
b. Variasi perkerjaan (X4), yaitu keterampilan / metode/ cara yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas, keterampilan dan variasi tugas.
c. Identitas tugas (X5), yaitu aktivitas yang dilakukan karyawan dalam merencanakan dan
melaksanakan tugas, dengan indikator tingkat pemahaman prosedur kerja dan tingkat
keterlibatan kerja.
d. Signifkansi tugas (X6), yaitu pentingnya pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan, dengan
indikator dampak pekerjaan terhadap karyawan lain dalam satu departemen dan lain
departemen.
e. Umpan balik (X7), yaitu informasi atau tanggapan mengenai hasil pelaksanaan kerja
karyawan, dengan indikator penerima informasi tentang keberhasilan yang telah dicapai
dan penerimaan informasi tentang kesesuaian pelaksanaan kerja dengan keinginan
atasan, sedangkan variabel dependen adalah Kepuasan kerja (Y) , yaitu perasaan yang
dirasakan karyawan berdasarkan kompensasi yang diterima dan karakteristik
pekerjaannya, dengan indikator kepuasan karyawan terhadap karakteristik karyawan
terhadap karakteristik pekerjaan.
Untuk mengukur variabel yang ada digunakan skala dan teknik pembuatan skala
yang dipakai adalah skala Likert, dengan skala 1 sampai dengan 5. Angka 5 menunjukkan
sangat puas atau dan skala 3 menunjukkan netral, sedangkan skala 1 menunjukkan sangat
tidak puas atau tidak setuju.
3.4. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang berisi butiran-butiran pertanyaan yang berkaitan dengan indikator-indikator yang ada pada
variabel-variabel. Selain itu juga dilakukan studi dokumen, laporan dan data tertulis lainnya.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian sebagaian besar adalah data primer
serta beberapa data sekunder. Data primer yang merupakan data utama yang akan digunakan
untuk analissis, diperoleh langsung dengan menyebarkan kuesioner untuk diisi oleh oleh
responden yang dituju ( target subject). Sedangkan data sekunder yang akan lainnya yang ada
di unit Produksi PT. X Palembang.
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003 10
3.6. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen baik secara parsial maupun simultan, maka digunakan metode analisis stastistik,
yaitu teknik analisis regresi linear berganda serta uji F dan t. Adapun model matematika dari
regresi ini adalah sebagai berikut :
Y = a + b1 X1+ b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6X6 + b7 X7
Dimana :
Y = Kepuasan kerja
a = Konstanta
b1 b2 b3 b4b5 b6 b7 = Koefisien Regresi
X1 = Kompensasi finansial
X2 = Kompensasi non finansial
X3 = Otonomi
X4 = Variasi pekerjaan
X5 = Identitas Tugas
X6 = Signifikansi tugas
X7 = Umpan balik
e = Variabel gangguan
IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Reliabilitas dan Validitas
Data yang diperoleh telah terlebih dahulu diuji dengan uji Reliabilitas dan validitas.
Hasil Pengujian data-data tersebut memperhatikan bahwa kesempatan penelitian adalah valid
dan reliabel seperti disajikan pada tabel berikut :
Tabel.4.1. Hasil Uji Reliabilitas
No Kode Variabel Hasil Pengukuran(x) Reliabilitas
1. Kompensasi finansial 0,7519 Reliabel
2. Kompensasi non finansial 0,7984 Reliabel
3. Otonomi 0,7321 Reliabel
4. variasi pekerjaan 0,8343 Reliabel
5. Identitas Tugas 0,8109 Reliabel
6. Signifikansi tugas 0,7964 Reliabel
7. Umpan balik 0,7919 Reliabel
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas
No Kode Variabel Hasil Pengukuran Validitas
Kompensasi Finansial
KF1 0,6673 Valid
KF2 0,6399 Valid
KF3 0,6417 Valid
1.
KF4 0,6548 Valid
2. Kompensasi Non Finansial
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003 11
KNF1 0,8177 Valid
KNF2 0,8221 Valid
KNF3 0,6984 Valid
KNF4 0,6549 Valid
Otonomi
OT1 0,5472 Valid
OT2 0,6224 Valid
OT3 0,6609 Valid
3.
OT4 0,6644 Valid
Variasi Pekerjaan
VP1 0,8562 Valid
VP2 0,9000 Valid
VP3 0,8649 Valid
4.
VP4 0,8639 Valid
Identitas Tugas
IT1 0,6672 Valid
IT2 0,8765 Valid
5.
IT3 0,7692 Valid
Signifikansi Tugas
ST1 0,7408 Valid
ST2 0,8074 Valid
6.
ST3 0,6672 Valid
Umpan balik
UB1 0,7064 Valid
UB2 0,5739 Valid
UB3 0,8207 Valid
7.
UB4 0,8238 Valid
4.2 Uji Regresi linier Berganda antara Variabel- variabel dalam Kompensasi dan
Variabel –variabel dalam Karakteristik Pekerjaan Terhadap Kepuasan Kerja.
Data yang diperoleh dari 93 responden yang telah mengisi kuesioner secara lengkap,
selanjutnya dianalisis dengan hasil pada Tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3. Hasil uji regresi linear berganda antara variabel-variabel dalam kompensasi
dan variabel-variabel dalam karakteristik pekerjaan
Terhadap kepuasan kerja
Variabel Koefisien Regresi Beta t terhitung P
Konstanta
X1
X2
X3
X4
X5
0,506
0,144
0,01289
0,262
0,008378
0,120
0,168
0,20
0,253
0,012
0,149
1,015
1,583
0,177
2,479
0,131
1,409
0,313
0,117
0,860
0,015*
0,896
0,163
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003 12
X6
X7
0,3468
0218
0,039
0,266
0,435
2,431
0,665
0,017*
R = 0,611 Adj R2 = 0,322 F = 7,230 P = 0,000
Catatan = * signifikansi @ = 0,05
Persamaan regresi untuk mengetimasi variabel terikat dengan menggunakan seluruh
variabel bebas adalah sebagai berikut :
Y= 0,506 + 0,1 = = 89X2 + 0,262X3 + 0,008378 X4 + 0,120 X5 + 0,3468 X6 + 0,218 X7 +
e
Keterangan :
Y = Kepuasan Kerja
X1 = Kompensasi finansial
X2 = Kompensasi non finansial
X3 = Otonomi
X4 = Variasi pekerjaan
X5 = Identitas pekerjaan
X6 = Signifikan tugas
X7 = Umpan balik
e = Error
varibel indenpenden secara Berdasarkan tabel 4.3. terlihat bahwa nilai p(sig.F)=
0,000<0,05, maka ini berarti bahwa berdasarkan hasil penelitian kompensasi finansial,
kompensasi non finansial otonomi, variasi pekerjaan, identitas tugas, signifikan tugas dan
umpan balik , secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja
karyawan dengan demikian hipotesis pertama dapat diteriama.
Variasi perubahan nilai variabel dependen (Y) yang dapat dijelaskan oleh seluruh
variabel independen secara simultan sebesar 32,2 %(Adjusted R Square = 0,322) dan sisanya
67,8 % oleh variabel lain diluar variabel-varibel yang diteliti.
Nilai koefisien regresi (R) yang diperoleh positif yaitu 0,611 dapat diartikan bahwa
semakin tinggi kompensasi finansial, kompensasi non finansial,otonomi, variasi perkerjaan,
identitas tugas, signifikansi tugas dan umpan balik, maka semakin tinggi pula kepuasan kerja
karyawan, dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan.
Dari tujuan variabel bebas, semuanya memiliki hubungan positif dengan varibel
terikat.Pengaruh positif(+) menunjukan bahwa kepuasan kerja karyawan Unit Produksi PT X
akan berubah atau seirung dengan perubahan-perubahan variabel kompensasi finansial,
kompensasi tugas dan umpan balik.
Dari tabel 4.3, didapat kan bahwa nilai F secara keseluruhan sebesar 7,230 ,artinya F
hitung secara keseluruhan adalah sebesar 7,230 dan dapat dipastikan bahwa F hitung > dari
nilai F tabel (2,703). Ini berarti bahwa seluruh variabel - variabel bebas yang teliti secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat( kepuasan kerja). Selain itu juga terlihat
bahwa seluruh variabel-varibel bebas yang diteliti memang benar – benar mampu menjelaskan
varibel terikat secara bermakana.
4.3. Uji Regresi Linear Berganda antara Variabel- variabel dalam kompensasi terhadap
Kepuasan Kerja.
Data yang diperoleh dari 93 responden yanmg telah mengisi kuesioner secara lengkap
, selanjutnya dianalisis dengan hasil seperti pada tabel 4.4 berikut:
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003 13
Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Linear Berganda antara Variabel- variabel dalam
kompensasi terhadap Kepuasan Kerja.
Variabel Koefisien regresi Beta t terhitung P
Konstanta
X1
X2
2,386
0,120
0,162
0,140
0,256
8,371
1,191
2,183
0,000
0,237
0,032*
R = 0,352 Adj R2 = 0,105 F = 6,372 P = 0,003
Catatan = * Signifikansi @ = 0,05
Persamaan regresi untuk mengestimasikan variabel terikat dengan menggunakan variabel
bebas kompensasi adalah sebagai berikut :
Y = 2,386 + 0,120 X1 + 0,0162 X2 + e
Keterangan :
Y = Kepuasan Kerja X2 = Kompensasi non finansial
X1 = Kompensasi finansial e = Standar error
Dari tabel 4.4 terlihat bahwa nilai P (sig. F) =0,003 < 0,05 , ini berarti bahwa
berdasarkan hasil penelitian kompensasi finansial dan dan kompensasi non finansial, secara
simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, dengan
demikian hipotesis kedua dapat diterima.
Variasi perubahan nilai variabel dependen (Y) yang dapat dijelaskan oleh seluruh
variabel secra simultan sebesar 10,5 % (Adjusted R Square =0,105) dan sisanya 89,5 % oleh
variabel lain diluar variabel-variabel yang diteliti. Nilai koefisien regresi ® yang diperoleh positif
yaitu 0,352 dapat diartikan bahwa semakin tinggi kompensasi finansial dan kompensasi non
finansial maka semakin tinggi pula kepuasan kerja karyawan, dengan asumsi bahwa variabel
bebas lainnya konstan .dari persamaan regresi berganda pada tabel 4.4 diatas dapat diketahui
bahwa pengaruh variabel kompensasi terhadap variabel kepuasan kerja memiliki hubungan
positif dengan variabel terikat kepuasan kerja.
Dari tabel; 4.4 juga didapat nilai F secara keseluruhan sebesar 6,372 artinya F hitung
secara keseluruhan adalah sebesar 6,372 dan dapat dipastikan bahwa F hitung > dari nilai F
tabel (2.703). ini berarti bahwa variabel-variabel bebas yang diteliti secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel terikat (kepuasan kerja). Tingkat kemaknaan yang bernilai 0,003
berararti seluruh variabel bebas maupun menjelaskan variabel terikat secara bermakna.
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003 14
4.4. Uji Regresi Berganda antara Variabel-variabel dalam Karakteristik Perkerjaan
Terhadap Kepuasan Kerja.
Data yang diperoleh daria 93 responden yang telah mengisi kuesioner secara
lengkap , dianalisis dengan hasil seperti pada tabel 4.5 berikut ini
Tabel 4.5 Hasil Uji Lineer berganda antara variabel-variabel dalam karakteristik
pekerjaan terhadap kepuasan kerja.
Variabel Koefisien Regresi Beta t terhitung P
Konstanta
X3
X4
X5
X6
X7
0,877
0,270
-0,01422
0,133
0,04725
0,240
0,26
-0,020
0,164
0,053
0,2,293
1.907
2,540
-0,225
1,571
0,589
2,777
0,060
0,013*
0,822
0,120
0,557
0,007*
R = 0,611 Adj R2 = 0,322 F = 7,230 P = 0,000
Catatan = signifikansi @ =0,05
Persamaan regresi untuk mengestimasi variabel terikat dengan menggunakan variabel
bebas karakteristik pekerjaan adalah sebagai berikut:
Y= 0,877 + 0,270 X3 + 0,01422X4 + 0,133X5 + 0,04725 X6 + 0,240 X7 + e
Keterangan:
Y = Kepuasan Kerja
X3 = Otonomi
X4 = variasi Pekerjaan
X5 = Identitas Tugas
X6 = Signifikansi tugas
X7 = Umpan balik
e = Standar error
Dari tabel 4.5 terlihat bahwa nillai p (sig.F) 0,000, 0,05 ,ini berarti bahwa berdasarkan
hasil penelitian variabel karakteristik pekerjaan yang meliputi : otonomi, variasi pekerjaan
,identitas tugas, signifikansi tugas dan umpan balik, secara simultan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, dengan demikian hipotesis ketiga dapat diterima.
Variasi perubahan nilai variabel dependen (Y) yang dapat dijelaskan oleh seluruh
variabel independen secara simultan sebesar 30,6 % (Adjusted R square = 0,306) dan sisanya
69.4 % oleh variabel lain diluar variabel-variabel yang teliti seperti penempatan kerja ,struktur
organisasi perusahan, umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan
pendidikan(Mangkunegara;2000). Kebijakan dan prosedur aplikasi kelompok keja kondisi kerja,
juga merupakan aspek yang mampu mempengaruhi kepuasan kerja (Gibson, et.at dalam
Adiarni 1996)
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003 15
Nilai koefisien regresi (R) yang diperoleh posistif yaitu 0,586 dapat diartikan bahwa
semakin tinggi nilai-nilai variabel independen, maka semakin tinggi pula kepuasan kerja
karyawan, dengan asumsi bahwa variabel bebas lainya konstan.
Dari lima variabel bebas diatas, satu variabel memiliki hubungan negatif dengan
variabel tirikat. Pengaruh positif (+) menunjukkan bahwa kepuasan kerja Karyawan unit
Produksi PT X akan berubah atau seiring dengan perubahan-perubahan variabel otonomi,
identitas tugas, signifikansi tugas dan umpan balik sedangkan yang berpengaruh negatif (-)
menunjukkan bahwa kepuasan kerja Karyawan Unit Produksi PT. X tidak searah dengan
perubahan variabel variasi pekerjaan.
Didapatkan juga bahwa nilai F secara keseluruhan sebesar 9,116, artinya F Hitung
secara keseluruhan adalah sebesar 9,116, ini berarti bahwa seluruh variabel-variabel bebas
dalam karakteristik pekerjaan yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
terikat (kepuasan kerja). Tingkat kemaknaan dengan nilai p=0,000 atau p<0,05 berarti seluruh
variabel-variabel bebas yang diteliti memang benar mampu menjelaskan variabel terikat secara
bermakna.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Variabel-variabel Kompensasi financial, kompensasi non-finansial, otonomi, variasi
pekerjaan, identitas tugas, signifikansi tugas dan umpan balik, secara bersama-sama/
serentak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Kesimpulan ini
didasarkan pada hasil analisis data penelitian dengan menggunakan model regresi linier
berganda pada tingkat kemaknaan p=0,000 (p<0,05), F hitung = 7,230 yang lebih besar dari
F tabel (2,703) dan nilai koefisien korelasi secara keseluruhan (R) sebesar 0,611 atau
61,1%, yang menunjukkan bahwa kompensasi dan karakteristik pekerja berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan kerja.
2. Koefisien determinasi (Adj R2)= 0,322, menunjukkan bahwa variabel kompensasi dan
karakteristik pekerjaan hanya mampu menjelaskan variabel terikat kepuasan kerja karyawan
sebesar 32,2%. Ini berarti bahwa faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan Unit Produksi PT. X sebesar 67,8%.
3. Variabel-variabel dalam kompensasi yaitu kompensasi finansial dan kompensasi non
financial secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
kerja. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil analisis data penelitian dengan menggunakan
model regresi linier berganda pada tingkat kemaknaan p=0,003 (p<0,05), F hitung = 6,372
yang lebih besar dari F Tabel (2,703) dan nilai Koefisien Korelasi secara keseluruhan (R)
sebesar 0,352 atau 35,2%, menunjukkan bahwa variabel dalam kompensasi berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan kerja.
4. Variabel-variabel dalam karakteristik pekerjaan yaitu otonomi, variasi pekerjaan, identitas
tugas, signifikansi tugas dan umpan balik secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan kerja. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil analisis data
penelitian dengan menggunakan model regresi linier berganda pada tingkat kemaknaan
p=0,000 (p<0,05), F hitung = 9,116 yang lebih besar dari F tabel (2,709) dan nilai koefisien
korelasi secara keseluruhan (R) sebesar 0,586 atau 58,6%, menunjukkan bahwa variabel
dalam karakteristik pekerjaan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja.
5. Variabel otonomi dan umpan balik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
kerja karyawan unit produksi PT. X serta variabel otonomi merupakan variabel yang paling
dominan dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan di unit produksi PT.X. Hal ini
terlihat dari nilai p (kemaknaan) dari variabel bebas otonomi dan umpan balik terhadap
kepuasan kerja yang besarnya masing-masing 0,015 dan 0,017, yang berarti p<0,05.
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003 16
6. Variabel-variabel kompensasi financial, kompensasi non financial, variabel pekerjaan,
identitas tugas dan signifikansi tugas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kepuasan kerja karyawan di Unit Produksi PT. X. Hal ini terlihat dari nilai P (kemaknaan) dari
variabel-variabel tersebut yang besarnya masing-masing > 0,05.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka terdapat beberapa hal yang dapat
disarankan antara lain:
1. Dalam usaha meningkatkan kepuasan kerja karyawan unit produksi PT. X, maka
manajemen unit produksi PT. X harus benar-benar memperhatikan variabel-variabel
yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan di unit produksi PT. X. hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan penelitian secara berkala, sehingga dengan demikian
perusahaan dapat dengan cepat mengantisipasi dan memperbaiki factor-faktor yang
diketahui sebagai penyebab penurunan kepuasan kerja karyawan unit produksi.
2. Variabel otonomi dan umpan balik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kepuasan kerja karyawan di unit produksi PT. X. Bredasarkan hal tersebut, maka
manajemen unit produksi PT. X perlu lebih memberikan keleluasaan / kebebasan
kepada para karyawan dalam hal merencanakan dan mengendalikan sendiri
pelaksanaan tugasnya, sepanjang sesuai dengan uraian dan spesifikasi pekerjaan
yang dibebankan kepadanya serta tujuan perusahaan tercapai. Selain itu manajemen
unit produksi PT. X, Khususnya para pemimpin, juga perlu lebih memberikan umpan
balik terhadap pelaksanaan pekerjaan yang telah selesai dilakukan. Hal ini dapat
berupa bimbingan, petunjuk, pengarahan, perhatian, tanggapan dan mungkin juga
pujian terhadap pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan.
3. Walaupun variabel-variabel kompensasi financial, kompensasi non finansial, variasi
pekerjaan, identitas tugas dan signifikansi tugas tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan di unit produksi PT. X, Manajemen unit
Produksi PT. X tetap perlu memperhatikan variabel-variabel tersebut guna tercapainya
kepuasan kerja karyawan di unit produksi PT. X.
4. Walaupun penelitian ini telah dilakukan seoptimal mungkin, namun peneliti menyadari
bahwa hasil penelitian ini masih belum dapat dikatakan sempurna. Untuk melengkapi
kekurangan dan kelemahan dalam penelitian ini, disarankan untuk dilakukan penelitian
sejenis dengan menggunakan alat ukur yang lebih baik, serta dengan mencari variabelvariabel
lain yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan di unit produksi PT. X,
seperti kepemimpinan, kondisi kerja, struktur organisasi perusahaan, kemampuan /
pendidikan karyawan dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto (1998). Prosedur Penelitian. Cetakan kesebelas, penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
As’ad, Moh. (1998). Psikologi Industri. Edisi kelima, liberty, Yogyakarta.
Davis, K. & Newstrom, J.W. (1996). Perilaku dalam organisasi. Ahli bahasa Agus Dharma, Edisi
kedua, jilid -1, Erlangga, Jakarta.
Dessler, G. (2000). Human Resource Management. Eighth Edition, Prentice Hall International
Inc., USA.
Gomolski, B.C. (1998). Technies Want More Than Pay. Journal of Computerworld, 11, 49-50.
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003 17
Hagemen, Gisela, (1993). Motivasi untuk Pembinaan Organisasi. Penerbit PT. Pustaka
Binaman Pressindo, Jakarta.
Hariandja, M.T.E. (2002). Manajemen SDM: Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian
dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Jakarta.
Indrawijaya, Adam Ibrahim, (2000). Perilaku Organisasi. Penerbit Sinar Baru, Bandung.
Mangkunegara, A.P. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama, Rosda,
Bandung.
Meilan Sugirato, Taher Alhabsy, Al-Musadieq, (2001). Pengaruh Kompensasi dan Karakteristik
pekerjaan terhadap kepuasan kerja. Wacana, Vol. 4 No. 1 Juli 2001, Surabaya
Muhammad Choiri, Bambang Swasto, Al-Musadieq, (2001). Faktor Individu dan Faktor
Lingkungan sebagai Pembentuk Perilaku Kerja. Wacana, Vol. 1 Juli 2000, Surabaya.
Mondy, R.W. & Noe, R.M. (1993). Human Resource Management. Sixth Edition, Allyn & Bacon
Inc, USA.
Nimran, Umar, (1993). Perilaku Organisasi. Cetakan Pertama, CV. Astramedia, Surabaya
Robbin, Stephen P. (2001). Perilaku Organisasi. Konsep Kontroversi, Aplikasi. Edisi
Bahasa Indonesia, Jilid 1, Alih bahasa Hadyana Pujaatmaka Benjamin Molan, PT.
Prenhallindo, Jakarta.
Siagian, S.P. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi kesatu, cetakan kedelapan,
Bumi Aksara, Jakarta.
Suwardi, M. (2002) Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja
Pegawai Dispenda. Tesis MM Unsri.
Thoha, Miftah, (2001). Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Umar, Husein, (1999). Riset Sumber Daya Manusia dalam organisasi. Edisi revisi dan
perluasan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Weldon, D (1999). Money Still Talks. Journal of Computerworld, 33, 46.
Wexley, K.N. & Yuki, G.A. (1992). Perilaku Organisasi dan Psikologi Perusahaan. Rineka Cipta,
Jakarta.
Winardi, J. (2001). Motivasi dan pemotivasian dan Manajemen. Edisi 1, cetakan 1, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Minggu, 30 Mei 2010

Facebook Haram, Lahirkan Beberapa Pendapat

May 25, 2009 Leave a Comment
Facebook Haram, demikian hasil Musyawarah forum santri se-jawa timur. Diharamkannya facebook ternyata menimbulkan kontroversi diberbagai kalangan. Sama seperti fatwa Haram Merokok yang dikeluarkan oleh MUI, Hasil musyawarah lebih tepatnya hasil bahtsul masa’il forum santri putri yang didukung oleh MUI jawa timur
tersebut juga menimbulkan Pro-Kontra.


Terlepas dari pro-kontra Facebook Haram, berikut beberapa pendapat dari para sahabat blogger yang telah memberi komentar terhadap Artikel forum santri haramkan facebook, terlalu berlebihan :


Novi Berpendapat : facebook barusan booming. rasanya terburu-buru bagi mereka (baca: yang mengharamkan facebook) untuk mengharamkan fesbuk. sesuatu hal yang tiba-tiba dilarang itu sama saja dengan menangguhkan kegembiraan orang lain. dan menangguhkan kegembiraan adalah dosa,
kegembiraan yang saya maksud adalah ketika pengguna Fesbook merasakan syukurnya bisa berjumpa kembali dengan teman2 yang telah lama hilang, mengikuti uneg2 teman2nya lain, dsb..
Lebih baik forum santri itu membuau group tersendiri dalam Facebuk dan menyirami dengan hal2 kebaikan, dsb.


Alvien Rizki Berpendapat : Saya menilai yang menyatakan facebook haram memang berlebihan.


Kopral Cepot Berpendapat : “Haram” atawa “Haram” itu masalah hukum/syar’i yang bersifat Ilahiyah yang berdampak pada ditinggalkan dan dilaksanakan nya sebuah “amal perbuatan” bagi ummat Islam.
Bayangkan kalo nanti di akherat ada yang masuk “neraka” lalu ditanya kenapa ente masuk neraka? lalu yang masuk neraka ngejawab ” aku masuk neraka karena “Maen FesbuK” (Jokes :D ) So… napa mudah membuat Halal dan Haram ??


Anonim berpendapat: assalam,
maaf! aku cuma numpang lewat, dari sini kita bisa liat kualitas kyai-kyai kita yang gatek, padahal kanjeng rasul nyuruh kita untuk terus belajar, parahnya udah gaptek sok tau…… Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMPP : Santri) se-Jawa Timur, sebaiknya mengadakan penelitian sebelum memutuskan perkara, untuk menguatkan bukti.
mereka mikirin umat atau mikirin organisasi sih??
bohong kalau mikirin umat, soalnya hanya hal2 tertentu aja yang dilarang, ga merata ataupun menyeluruh.
buat aku sih, MUI jangan asal fatwa, ntar dapet dosa karena itu, atau menjerat orang2 kedalam fitnah,
wasalam.


Senoaji Berpendapat : jangan-jangan ntar kelamaan hidup juga diharamkan. yang penting bagaimana kita menyikapi pesbuk itu aja.


Tethe Berpendapat : Facebook haram? sungguh terlalu, padahal saya merasa, bisa berkomunikasi dengan teman2 lama saya
malah di haramkan. MUI dah kaya’ nabi aja padahal dalam hadist gak ada larangan sama sekali,,,
sekalian deh,,, larang YMan
biar MUI puas,,,
dikit-dikit haram….


Nafisa Berpendapat : wahane ga setuju kalo facebook haram, ane juga pengguna facebook. karena facebook ane jadi ketemu and bisa berhubungan ma para alumni pondok ane. gini – gini ane juga santri lo.


Rudy Berpendapat : Aku tau tuh penyebabnya kenapa para santri itu mengharamkan facebook dan friendster. Soalnya teman mereka di facebook gag nambah-nambah.


AgusNaim Berpendapat : yang jelas, selama saya nyantri dulu ga ada yang namanya ngenet. jangankan ngenet, nonton tivi aja nyolong-nyolong. hanya nonton bola aja yang diperbolehkan. so… jangan salahkan saya kalo akirnya saya berpendapat “facebook haram”, karena ga dibagi-bagi sama santri pondok, coba kita di ponpes dikasih kesempatan ngenet, pasti makin pinter dan tau dengan baik apa itu pesbuk” :D secara (sakjane secara iku boso endi toh?) pengguna pesbuk yang naruh poto2 ga jelas tidak lebih dari 1% dari seluruh pengguna pesbuk :D


Munawar AM Berpendapat : Siapa bisa membendung fenomena Facebook? Belum ada; KECUALI HATI NURANI, NALAR DAN KEKUATAN IMAN KITA.


Yoga Geraldo Berpendapat : facebook mw di haramkan ???? Kalo sanggup, nutup aja website nya ???? bukan apa sih..
ada di beberapa forum aku baca.. katanya gara2 salah satu santri ada yang dikirimi gambar porno di friendster… gara2 itu doang ?????? trus kata nya juga harus menggunakan facebook untuk ibadah ( dalam hal ini dikatakan secara islam..) emang nya pengguna facebook cuma muslim? (maaf bukan berniat SARA..), silahkan baca Dibalik Rencana Fatwa Haramnya Facebook. selain itu kalo di pikir2 aneh juga… emang santri di perbolehkan ngenet? masa sampe punya account di friendster? atau jangan2 ini kecemburuan karena gak di perbolehkan?. sampai2 mau mengharamkan facebook. Maaf kalo berpendapat agak keras… tp inget.. kita indonesia negara pancasila.. agama yg dipercaya ada banyak.. kita bukan negara islam.. jangan dikit” dipergunakan hukum islam.. klo semua hukum agama di pakai.. apa guna nya lagi hukum pidana dan perdata?
jangan gara2 1 pihak dan 1 kejadian yg gak penting..
lalu mengambil keputusan yg picik… Iku wae wise lah..


Semoga bermanfaat, Pendapat-pendapat seputar facebook Haram tersebut berasal dari sini. Mohon maaf beribu-ribu maaf, linknya nofollow. Jika ingin dijadikan dofollow ajukan permintaan melalui kotak komentar, akan segera dipasang di page khusus. Saya sedang menerapkan anjuran guru seo tangan gatal yang menyarankan agar saya mengurangi outbound link, haraf maklum, namanya juga dalam rangka belajar seo para pemula. Yuk tambahkan juga pendapat Anda.